Kamis, 19 Februari 2015

Kerajaan Silla

Menelusuri Kejayaan Kerajaan Silla di Kota Gyeongju

Berkas:Heavenlyhorsetomb3.jpg
“Makam Raja-Raja Korea, Cheonmachong”

      Sejarah Korea tidak lepas dari berkembangnya berbagai macam kerajaan di masa lampau. Salah satu kerajaan yang membawa pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Korea sekarang adalah Kerajaan Silla. Peninggalan-peninggalan kerajaan ini yang masih dirawat dengan baik dan banyak ditemukan di Kota Gyeoungju.
      Kerajaan Silla pada mulanya kerajaan yang relatif tidak berpengaruh dibandingkan dua kerajaan yang telah berdiri sebelumnya yakni Kerajaan Goguryeo dan Kerajaan Baekje. Namun karena letaknya yang agak jauh dari China, maka kerajaan ini mampu mengembangkan peradabannya sendiri dan jauh dari pengaruh peradaban China dan akhirnya mampu berkembang dengan pesat. Pada tahun 668, kerajaan ini mempersatukan Semenanjung Korea. Pada masa kejayaan kerajaan Silla, agama Buddha berkembang dengan pesat. Tidak heran jika banyak peninggalan kerajaan Silla yang berupa monumen agama Buddha. Peninggalan tersebut di antaranya Kuil Bulguksa dan Seokguram Grotto. Baik Kuil Buguksa maupun Seokguram Grotto dibangun pada saat Kerajaan Silla dipimpin oleh Raja Kim Dae Song. Bulguksa temple dibangun dan dipersembahkan untuk orang tua Kim Daeng So yang masih hidup saat itu sedangkan Seokguram Grotto dipersembahkan untuk orang tuanya pada kehidupan terdahulunya (sebelum reinkarnasi).
Kuil Bukguksa adalah kumpulan kuil Buddha yang dibangun pada tahun 528. Walaupun usinya cukup tua, namun kuil ini sampai sekarang tetap terjaga dengan baik karena telah direnovasi beberapa kali. Sampai saat ini kuil tersebut masih tetap dipakai sebagai tempat berdoa pemeluk agama Buddha. Pada saat saya dan peserta program mengunjungi kuil ini, beruntung kami mendapatkan pemandu yang cakap berbahasa Inggris sehingga kami cukup mengerti penjelasan tentang kuil ini dari yang bersangkutan. Dari penjelasan pemandu tersebut, sebenarnya untuk memasuki kuil tersebut, dapat menaiki tangga batu yang ada di depan kuil. Namun karena banyaknya orang yang datang ke kuil itu, maka untuk melindungi tangga dari kerusakan, sejak beberapa tahun yang lalu, tangga tersebut ditutup dan pengunjung bisa melewati pintu samping kuil untuk bisa masuk. Pada perayaan Waisak, tangga tersebut dan pintu gerbang masuk yang ada di depan kuil tersebut dibuka. Walaupun banyak sekali pengunjung, namun aktivitas para biksu tetap berjalan dengan kidmat karena setiap pengunjung memang diminta untuk menjaga sikap dan dilarang mengambil gambar di dalam kuil Buddha yang ada.


Pemandangan Gyeongju dari Atas Bukit
      Seokguram Grotto adalah sebuah patung Buddha raksasa yang terbuat dari batu granit dan tersimpan dalam kuil. Patung ini terletak di puncak Gunung Tohamsan. Untuk mencapainya diperlukan mobil khusus yang mampu menempuh jalan menanjak dan berliku. Di halaman menuju kuil yang menyimpan Seokguram Grotto, para wisatawan juga harus menempuh jalan setapak yang menanjak dengan jarak sekitar sepuluh menit berjalan dari gerbang pintu kuil. Di pelataran kuil para wisatawan dapat menikmati indahnya pemandangan Kota Gyeongju dan sekitarnya dari ketinggian. Seperti halnya di Kuil Bulguksa, maka wisatawan juga dilarang untuk mengambil gambar di dalam kuil. Di depan kuil tersebut terdapat sumber mata air, yang mana pengunjung bisa meminumnya langsung. Saya tidak tahu apakah ada kepercayaan mistik atau khasiat tertentu apabila seseorang meminumnya, yang jelas waktu itu saya juga ikut meneguk segarnya air gunung Tohamsan tersebut. Baik kuil Bulguksa maupun Seokguram Grotto merupakan UNESCO-World Cultural Heritage. Indonesia sendiri memiliki sekitar delapan UNESCO-World Cultural Heritage yang di antaranya meliputi Candi Borobudur, Candi Prambanan, Taman Nasional Ujung Kulon, hutan hujan tropis Sumatera dan sebagainya. Indonesia akan segera memiliki tambahan UNESCO-World Cultural Heritage karena ada tiga lagi yang akan diresmikan oleh UNESCO di antaranya adalah Pura Taman Ayun dan Sawah Berundak di Bali. Namun sayangnya tidak ada satupun yang terletak di Jawa Timur. Di kawasan regional ASEAN, Indonesia boleh berbangga karena mempunyai UNESCO-World Cultural Heritage terbanyak dibandingkan negara ASEAN lainnya.
       Kembali ke peninggalan Kerajaan Silla, Gyeoungju yang dulunya merupakan pusat kerajaan Silla boleh berbangga karena peninggalan Kerajaan Silla tersebut telah memberikan sumbangsih besar bagi pengembangan pariwisata di sana. Saat mengunjungi Kota Gyeongju, kami juga sempat bertandang ke Cheonmacong. Cheonmacong adalah kompleks pemakaman yang diduga sebagai makam raja-raja Kerajaan Silla. Tidak seperti makam biasanya, bentuk makam di sini cukup unik karena berupa bukit-bukit yang ditumbuhi rumput hijau. Setiap bukit merupakan makam untuk satu orang. Proses ekskavasi pernah dilakukan beberapa kali di sini untuk tujuan penelitian. Di salah satu bukit juga pernah digali dan ditemukan berbagai macam barang-barang yang dulunya digunakan oleh kerajaan. Pengunjung bisa memasuki salah satu bukit makam yang ada di sana. Di dalamnya terdapat semacam bekas kuburan dan peti salah satu raja Kerajaan Silla. Di bagian sudut lainnya dipameran banyak barang seperti baju kebesaran dan mahkota raja (disebut cheonmachong geumgwan) yang terbuat dari batu-batu mulia.

      Ketiga peninggalan di atas merupakan sedikit dari banyak peninggalan menarik yang ada di Gyeongju. Jika pergi ke Gyeongju, maka jangan sampai melewatkan objek wisata yang tidak kalah menarik yakni Silla Millenium Park, yang merupakan historical park pertama di Korea Selatan. Taman ini terletak di dekat Danau Pomun dan Danau Toktong. Silla Millenium Park sangatlah luas. Jika ingin masuk ke taman ini maka pengunjung dapat membeli tiket yang bisa digunakan untuk mencoba semua wahana yang ada. Sebagai historical park, maka taman ini tentu menyajikan berbagai macam bangunan dan tradisi yang hidup dan berkembang di masa Kerajaan Silla. Di sini pengunjung juga dapat mengikuti berbagai workshop tentang kebudayaan Silla misalnya Dammogwon (seni patung kayu), seni kerajinan metal, terra-cotta (seni kerajinan gerabah), puppet (kerajinan wayang Korea) dan sebagainya. Selain dipenuhi dengan bangunan, taman ini juga dipenuhi dengan banyak air terjun dan kolam buatan misalnya. Air terjun Cheoyong dan foot spa. Di foot spa, pengunjung dapat menikmati spa dengan menggunakan batu-batu granit dan air yang mengalir. Selain itu juga terdapat Jangbogo stage dimana pengunjung dapat menikmati sajian pertunjukan air mancur.
Yang membuat saya lebih tertarik adalah adanya pertunjukan di panggung terbuka yang menceritakan tentang kehidupan di Kerajaan Silla. Pertunjukan yang sempat saya lihat adalah the Secret of Legendary Ark dan the Art of HwarangThe Secret of Legendari Art menggambarkan perjuangan tentara Silla untuk melindungi kerajaan dari serbuan tentara Dinasti Tang yang berasal dari China. Drama kolosal tersebut semakin menarik dan terasa hidup karena menggunakan efek suara dan petasan untuk menggambarkan betapa dashyatnya pertempuran yang terjadi. Dalam drama tersebut akhirnya digambarkan bahwa tentara Silla berhasil memenangkan pertempuran. Di tempat terpisah, the Art of Hwarang menyajikan keahlian para Hwarang yang merupakan tentara khusus Kerajaan Silla dalam ilmu bela diri. Kemampuan bela diri baik tanpa dan dengan senjata dipertunjukkan di sini. Selain itu, kemampuan akrobatik yang digabungkan dengan kelihaian berkuda menjadi tontotan yang sangat menarik. Semua pengunjung terpesona dengan keahlian para penyaji dalam memainkan gerakan-gerakan lincah di atas kuda yang berlari kencang. Kedua pertunjukan ini berlangsung masing-masing sekitar 30 menit.
       Bagi pengunjung yang lapar maka jajaran restoran Korea siap memanjakan perut mereka. Selain itu ada juga restoran yang menyajikan masakan China, Persia dan barat. Bagi pengunjung yang ingin merasakan mewahnya ”menjadi anggota keluarga” Kerajaan Silla, maka Millenium Palace Resort and Spa siap memanjakan pengunjung yang mau merogeh koceknya lebih dalam ehehe.

Sumber : http://honeyorchid11.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar